Mengurangi Kecemasan Anak Pada Perawatan Gigi
Bagi para ibu yang kini memiliki anak tentunya sulit sekali untuk membujuk anak untuk pergi ke dokter gigi ketika anak membutuhkan pertolongan. berbagai macam prilaku anak untuk melakukan penolakan terhadap ajakan para ibu.
Memarahi dan memaksa anak bukanlah cara yang yang efektif untuk mengubah prilaku anak. Prilaku anak yang ditunjukan ketika menolak ajakan para ibu adalah cerminan dari hasil apa yang pernah para ibu tanamkan kepada anak, atau bahkan meniru apa yang pernah para ibu lakukan.
Penyebab anak menolak ke perawatan paling banyak adalah persoalan kecemasan. Kecemasan menjadi penghalang terbesar bagi anak. kecemasan anak terdiri dari berbagai sisi yaitu kecemasan terhadap prosedur, kecemasan terhadap situasi klinik gigi, perlakuan tim dokter dan kecemasan yang berasal dari dirinya.
Dari empat penyebab kecemasan yang dapat para ibu lakukan secara efektif mengubah prilaku adalah mengurangi kecemasan yang berasal dari diri anak sendiri. Kecemasan berasal dari ketidaktahuan dari apa yang terjadi pada dirinya dan apa yang akan dokter gigi lakukan atas dirinya. Ketika para ibu mengajak anak ke dokter gigi, anak merecall ingatannya akan informasi yang ia peroleh baik dari teman sepermainan, televisi, buku dan orang tua. Bila informasi yang ia peroleh mempersepsikan perawatan gigi adalah menyakitkan dan tidak menyenangkan anak akan menolak dengan menampilkan berbagai prilaku.
Mengubah prilaku anak agar lebih kooperatif dengan perawatan gigi lebih mudah dilakukan ketika anak masih belia dan masih menerima infromasi tunggal dari orang tua. para ibu hendaknya tidak menampilkan informasi negatif mengenai perawatan gigi dalam situasi apapun. sebagian dari kita (tidak semua ibu) mempunyai kebiasaan menakuti anak ketika anak tidak menurut kepada orang tua. faktor inilah yang sering diingat oleh anak menghadapi situasi dokter gigi.
Para ibu dapat memberikan informasi kepada anak sesederhana mungkin tanpa harus menggurui. Anak dapat dibawa ketika para ibu, kakak atau anggota keluarga mendapatkan perawatan gigi di kursi gigi dalam. Pilihlah pada waktu ketika klinik belum banyak pasien, waktu kunjungan yang singkat dan perawatan gigi ringan. Dengan situasi tenang tersebut anak mampu menyerap informasi dan membangun persepsi positif.
Penambahan informasi tersebut perlu dilakukan secara berulang agar anak mempunyai informasi cukup hingga dalam tahap "terbiasa" hingga hilang rasa kecemasannya. Inilah yang membedakan dimana anak-anak yang berada di lingkungan dokter gigi lebih mau dan berani menghadapi dokter gigi dibandingkan dengan anak diluar lingkungan tersebut.
Demikian, semoga bermanfaat
-Retno Suhendrina-
