Puasa dan bau mulut
- Details
- Created: 13 April 2021
Bulan ramadhan telah tiba. Bagi muslim bulan ini disertai dengan kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa. Bagi sebagian orang, aktivitas puasa identik dengan rasa ketidaknyamanan kondisi mulut dengan timbulnya bau mulut Apakah betul pada orang yang sedang berpuasa pasti akan menderita bau mulut? dapatkah orang yang menjalankan puasa terhindar dari bau mulut?
Bau mulut atau halitosis adalah keadaan dimana mulut seseorang mengeluarkan bau yang tidak sedap. Bau mulut dapat terjadi karena berbagai sebab. Mulai dari penyebab perilaku, konsumsi makanan hngga akibat dari penyakit sistemik.
Bagaimana seseorang yang sedang menjalankan puasa mempunyai bau mulut? Pada prinsipnya seseorang yang tidak melakukan aktivitas mengunyah cenderung menimbulkan bau mulut. Seperti pada saat seseorang bangun tidur akan cenderung mempunyai bau mulut dibandingkan ketika ia sedang terjaga. Bau mulut memang berhubungan dengan aktivitas mengunyah.
Dalam proses mengunyah, terdapat berbagai kegiatan yang jarang kita sadari. Seperti keluarnya air ludah dalam gerakan-gerakan mengunyah. Bagaimana mekanisme ludah dalam mempengaruhi terjadinya bau mulut? Ludah selain mempunyai fungsi membasahi rongga mulut untuk membantu mengunyah dan menelan makanan juga berfungsi membersihkan rongga mulut dan kuman melalui aktivitas sistem buffer dan antibakteri.
Sebagai sistem buffer, ludah mempunyai sifat basa. Tanpa ludah, rongga mulut akan terasa lebih asam. Kondisi rongga mulut yang asam dapat mendukung pertumbuhan bakteri. Jika pH rongga mulut rendah (kurang dari 5,5) bakteri akan mudah tumbuh. Bakteri yang tumbuh tersebut sebagian dapat menyebabkan karies, penyakit periodontal sebagian lainnya dapat memproduksi gas sulfur serta metil mercaptan yang biasa kita kenal sebagai bau mulut.
Sebagai antibakteri, ludah juga dapat mempunyai efek penghancur bakteri yang dilakukan oleh lisozim, suatu enzim di dalam ludah yang mampu melisiskan/menghancurkan bakteri dan membilas bahan bahan yang dapat digunakan bakteri sebagai sumber makanan. Hilangnya sumber makanan bagi bakteri memperkecil kemampuan bakteri untuk menghasilkan produk bakteri.
Pada orang yang sedang menghentikan aktivitas mengunyahnya, aliran bakteri dapat menurun sehingga jumlah ludah ikut menjadi sedikit. jumlah volume ludah yang berkurang mempengaruhi kemampuan ludah dalam menjalankan tugas sebagai buffer dan material antibakteri. Bau mulut akan terasa lebih agresif terjadi pada individu yang sedang mengurangi aktivitas mengunyah yang disertai dengan simpanan banyak bakteri berupa karang gigi dalam mulutnya. Jumlah ludah yang berkurang akan sulit "menetralisir" banyaknya jumlah bakteri yang ada
Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa bau mulut yang terjadi pada orang yang sedang berpuasa adalah akibat menurunnya aktivitas mengunyah yang berdampak pada menurunnya jumlah ludah yang ada di dalam rongga mulut. Bau mulut pada orang berpuasa tidak perlu dikhawatirkan karena merupakan bau mulur fisiologis yang normal terjadi. Pada individu dengan rongga mulut yang bersih, bau mulut akan mudah hilang bila jumlah ludah kembali normal.
Tips yang dapat dilakukan adalah, minum air secukupnya saat sahur dan menjelang imsak untuk menjaga agar tubuh tetap terhidrasi. Tetap menjaga kebersihan gigi mulut dengan menyikat gigi dengan sikat gigi dan benang gigi. Hal tersebut dilakukan agar jumlah bakteri di dalam rongga mulut tidak terlalu banyak sehingga jumlah ludah yang berkurang masih dapat mengendalikan bakteri.
Tips lainnya adalah, sering-sering menggerakkan pipi seperti seolah sedang mengunyah makanan. Aktivitas ini dapat mendorong kelanjar ludah untuk mengeluarkan sejumlah air ludah dan meningkatkan volume air ludah untuk kembali membasahi rongga mulut.
